Surat kecil untuk lelaki pertamaku

Assalamualaikum cinta pertamaku, apa kabar?

Sejak dulu hingga kini aku tak pernah menyesal untuk mencintaimu. Mencintaimu lelaki yang tak pernah mengenalkan kepadaku sebuah luka. 
Lelaki pertama yang mencintaiku dengan tulus dipenuhi kasih sayang yang tidak palsu.
Sosok yang kesederhanaannya terasa mewah kumiliki, yang  kerap membisikkan candaan menggemaskan. Mendekat, mendekap, dan membelai rambutku ketika aku menangis, penghibur ketika aku terluka. Pak, lihatlah anakmu yang dulu seorang gadis kecil saat terakhir kau lihat kini telah tumbuh dewasa. Belasan tahun sudah kenangan itu selalu berhasil membuatku merindukanmu. Kini aku tumbuh menjadi gadis kuat dan tegar.
Karena tumbuh dewasa tidak selalu menyenangkan, aku memilih untuk tetap menjadi gadis kecilmu. Cinta dan kehilangan adalah dua hal yang akan selalu berjodoh. Kehilanganmu seolah membawa bisikkan terakhir darimu, bahwa kembali pada Yang Maha indah adalah hal yang terindah. Di sini aku mendoakan kebahagiaanmu bersama-Nya. Pak, aku ingin menjadi salah satu bidadari di situ kelak untuk mendampingimu dan suamiku.
Maafkan aku pak, bahkan di saat terakhirmu pun aku belum sempat mengungkapkan betapa aku menyayangimu. Tapi aku tau, kau pun tau betapa aku menyayangimu. Karena kita sama, tidak dapat mengungkapkan kesedihan dan rasa sayang kita. Namun, kita sama-sama tau ketika kita merasa sedih dan aku tau, bapak bisa merasakan bahwa bapak adalah segalanya buatku dan aku menyayangi bapak walaupun belum terucapkan. Jika waktu bisa diputar kembali, aku ingin memelukmu dengan erat, dan tidak akan membiarkanmu pergi dariku pak, aku juga akan mengungkapkan betapa aku menyayangimu.
Kepergianmu membuatku mengerti, bahwa rindu paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada. 5 tahun berlalu dan rindu ini masih menggebu, aku merindukanmu melebihi kata rindu yang bisa kuucap, rindu tak bertepi yang ku halau sepenuh hati.
Aku merindukanmu selalu, pak. 

Dari gadis kecilmu yang kini telah dewasa.